MAKALAH
KIMIA BAHAN ALAM
TERPENOID
DISUSUN OLEH :
SUMIATI (E1M 013 054)
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
MATARAM
2016
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kita
panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya
penulis dapat menyelesaikan tugas makalah tentang “Terpenoid” ini dengan baik,
lancar, dan tepat waktunya.
Ucapan terima kasih
yang sebesar – besarnya kami ucapkan kepada Dosen pengajar Kimia Bahan Alam di
program studi pendidikan kimia yang telah membimbing penulis dalam
menyelesaikan makalah ini, serta semua pihak yang telah membantu penulis dalam
penyusunan makalah ini. Makalah ini
disusun dengan harapan dapat bermanfaat bagi kita semua.
Kami menyadari bahwa
makalah ini masih terdapat kekurangan – kekurangan. Oleh karena itu, saran dan
kritik yang bersifat membangun dari para pembaca sangat kami harapkan agar
makalah yang kami susun selanjutnya akan lebih baik.
Mataram, Maret 2016
Penulis
DAFTAR
ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i
KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii
BAB 1 PENDAHULUAN
A.
Latar Belakanng................................................................................. 1
B.
Rumusan Masalah ............................................................................. 1
C.
Tujuan................................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN
A.
Definisi Umum
Terpenoid................................................................. 2
B.
Ciri Umun dan
Tatanama Terpenoid.......................................... ....... 2
C.
Reasksi Kimia pada
Terpenoid.......................................................... 5
D.
Biogenesis Senyawa
Terpenoid......................................................... 8
E.
Isolasi Terpenoid
dari Suatu Spesies................................................. 9
F.
Manfaat Terpenoid..................................................................... ..... 10
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan....................................................................................... 12
B. Saran................................................................................................. 12
DAFTAR
PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Hewan dan
tumbuhan menghasilkan berbagai macam zat kimia. Kebanyakan zat tersebut
terbentuk dari kerangka karbon yang dapat diklasifikasikan ke dalam metabolit
primer dan metabolit sekunder. Metabolit primer merupakan zat yang dihasilkan
oleh suatu organisme sebagai komponen dasar untuk proses kehidupannya misalnya protein,
asam nukleat, polisakarida, dan sebagainya. Berbeda dengan metabolit sekunder
seperti alkaloid, terpenoid, dan poliketida, yang tidak secara langsung dibutuhkan
dalam mempertahankan hidupnya namun sangat berguna. Seringkali metabolit
sekunder ini disebut juga dengan bahan alam.
Karoten, adalah
salah satu jenis pigmen oranye terpenoid yang terkandung dalam wortel. Zai ini
diketahui sebagai sumber vitamin A yang sangat berguna bagi pengelihatan.
Karoten hanyalah salah satu jenis dari ribuan terpenoid yang sangat berguna
bagi hewan, tumbuhan, dan manusia. Sekarang ini, sangat banyak orang melakukan
isolasi dan identifikasi senyawa terpenoid dari berbagai jenis spesies karena
sangat bermanfaat dalam kehidupan. Oleh
karena itu sangat menarik dan penting untuk mempelajari lebih lanjut
mengenai terpenoid.
B. Rumusan
Masalah
1. Bagaimanakah
definisi umum senyawa terpenoid ?
2. Bagaimana
ciri umum dan tata nama dari senyawa terpenoid?
3. Reaksi
apa saja yang dapat terjadi pada senyawa terpenoid?
4. Bagaimana proses biosintesis pada senyawa terpenoid?
5. Bagaimana
cara isolasi senyawa terpenoid dari suatu spesies?
6. Bagaimana
peran dan manfaat senyawa terpenoid dalam kehidupan?
C. Tujuan
1. Untuk
mengetahui dan memahami definisi umum senyawa terpenoid,
2. Untuk
mengetahui dan memahami ciri umum dan tata nama dari senyawa terpenoid.
3. Untuk
mengetahui dan memahami reaksi yang dapat terjadi pada senyawa terpenoid.
4. Untuk
mengetahui dan memahami proses biosintesis pada senyawa terpenoid.
5. Untuk
mengetahui dan memahami cara isolasi senyawa terpenoid dari suatu spesies.
6. Untuk
mengetahui dan memahami peran dan manfaat senyawa terpenoid dalam kehidupan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Umum Terpenoid
Terpenoid
merupakan salah satu jenis metabolit sekunder, dengan kerangka karbon yang
terdiri dari dua atau lebih unit C5 yang disebut unit isoprena (Sjamsul,
1986:3). Oleh karena itu terpenoid disebut juga isoprenoid. Pada definisi yang
lebih modern, terpenoid merupakan hidrokarbon dari tanaman dengan rumus umum (C5H8)n,
termasuk juga derivat lainnya yang teroksigenasi, terhidrogenasi, dan
terdehidrogenasi.
Gambar 2.1 Unit isopren
(2-metilbuta-1,3-diena)
Contoh
senyawa terpenoid:
a.myrcene (minyak bayberry) b.menthol(minyak peppermint) c.
Menthene
Gambar 2.2 contoh senyawa terpenoid
B. Ciri
Umum Terpenoid dan Tata Nama (Nomenclature)
1. Ciri
ciri umum terpenoid
a. Sifat
Fisika:
Kebanyakan terpenoid tidak berwarna, cairan harum
sehingga sering disebut minyak atsiri (essential oil), massa jenisnya lebih
ringan daripada air, mudah menguap
(volatil). Hanya sangat sedikit dalam bentuk padat (solid) misalnya camphor.
Semua terpenoid larut dalam pelarut organik dan biasanya tidak larut dalam air.
Hampir semua terpenoid adalah optik aktif.
b. Sifat
Kimia:
1) Terpenoid
dapat berupa rantai terbuka atau siklis tidak jenuh, memiliki satu atau lebih
ikatan rangkap. Sehingga terpenoid dapat mengalami reaksi adisi dengan hidrogen, halogen, asam, dan lainnya.
Beberapa produk dari reaksi adisi ini memiliki sifat antiseptik.
2) Terpenoid
mengalami polimerasi dan dehidrogenasi.
3) Terpenoid
mudah teroksidasi oleh hampir semua oksidator. Pada dekomposisi termal, hampir
semua terpenoid membentuk isoprena sebagai produk.
2. Tata
nama (nomenclature)
Terpenoid
diklasifikasikan kedalam beberapa kelompok dan sub kelompok. Penggolongan ini
didasarkan pada beberapa hal, seperti:
a. Struktur
kerangka atom C atau isoprena
Prinsip
dasar ini dikenal dengan istilah “isoprene
rule” yang dijelaskan oleh Wallach
(1887), yang menyatakan bahwa isoprena sebagai penyusun dasar dari terpenoid.
Sehingga klasifikasi ini didasarkan pada
jumlah unit isoprena yang menyusun terpenoid tersebut.
|
Jenis
Terpenoid
|
Jumlah
unit isoprena
|
Jumlah
atom C
|
Hemiterpenoid
|
1
|
5
|
Monoterpenoid
|
2
|
10
|
Seskuiterpenoid
|
3
|
15
|
Diterpenoid
|
4
|
20
|
Sesterpenoid
|
5
|
25
|
Triterpenoid
|
6
|
30
|
Tetraterpenoid
|
8
|
40
|
Politerpenoid
|
>8
|
>40
|
Tabel
2.1
Struktur unit isoprena dibagi menjadi bagian kepala
(head) dan ekor (tail)
Gambar
2.3 struktur terpenoid
Dari struktur
tersebut maka ikatan antar unit
isoprena dapat mungkin terjadi antara :Ekor dan kepala, Ekor dan ekor, Ekor dan
bagian tengah, dan Siklisasi. Namun demikian, sejauh ini penggabungan yang
lazim terjadi antar “Kepala dan Ekor”.
Gambar 2.4 prinsip pembentukan
ikatan “kepala-ekor” pada geraniol
Gambar 2.5 pembentukan ikatan
“kepala-ekor” pada geraniol
Setelah kerangka dasar (C5n )
terbentuk, rantai terpenoid tersebut dapat memperoleh gugus tambahan seperti
oksogen atau berbagai jenis heteroatom lainnya. Selain mendapat gugus tambahan,
kerangka terpenoid dapat membentuk siklis ( siklisasi)
b. Klasifikasi
selanjutnya didasarkan pada jenis rantai karbonya, apakah terbuka, tertutup, memiliki
dua atau lebih cincin:
a. Terpenoid
asiklik: Terpenoid dengan rantai terbuka
Contoh: prenol (suatu
hemiterpenoid) dan citral (monoterpenoid), dll
Gambar 2.6
contoh terpenoid asiklik
b. Terpeoid
monosiklik: Terpenoid yang memiliki 1 rantai cincin
c. Terpenoid
bisiklik: Terpenoid yang memiliki 2 rantai cincin
d. Terpenoid
trisiklik: Terpenoid yang memiliki 3 rantai cincin
e. Terpenoid
tetrasiklik: Terpenoid yang memiliki 4 rantai cincin
Contoh berbagai terpenoid sikik:
Gambar 2.7
contoh terpenoid siklik
Tata
nama senyawa terpenoid secara individu menggunakan sistem tatanama IUPAC atau
CAS (Chemical Abstracts Service system). Berikut ini contoh nama tata nama
dengan IUPAC dan CAS.
(a)
|
(b)
|
Gambar
2.8 (a) sistem IUPAC dan (b) CAS
Namun demikian penggunaan nama trivial lebih sering
digunakan untuk beberapa senyawa. Nama trivial sering dikaitkan dengan sumber
alami dimana senyawa tersebut diperoleh atau sifatnya, misalnya saja:
1) Menthol
yang bersumber dari “peppermint” dan mengandung gugus OH, maka diberikan nama
menthol
2) Camphor,
dijumpai pada kayu camphor laurel (Cinnamomum camphora)
3) Limonene,
karena baunya seperti jeruk sehingga diberi nama dari jeruk lemon, dan lainnya.
C. Reaksi
pada Terpenoid
Reaksi-reaksi
yang dapat terjadi pada senyawa terpenoid:
1. Reaksi
adisi
Limonene
dapat diadisi oleh “asam trifluoro asetat” dalam reaksi adisi Markovnikov,
menghasilkan senyawa antara trifluoro asetat
yang sangat mudah dihidrolisa
dengan NaOH menjadi α-terpineol (76%).
Gambar
2.9 reaksi adisi limonene
2.
Reaksi dehidrasi
Reaks
dehidrasi merupakan terlepasnya molekul air pada suatu terpenoid dengan
pereaksi tertentu. Misalnya, menthol dengan mudah didehidrasi untuk
menghasilkan 3-menthene melalui reaksi dengan asam sulfat 2%.
Gambar
2.10 reaksi dehidrasi menthol
3.
Reaksi oksidasi
Terpenoid
mudah teroksidasi oleh hampir semua oksidator. Misalnya pada Menthol yang dapat
bereaksi dengan berbagai reaktan seperti halnya alkohol sekunder. Oksidasi
menthol dapat berlanjut dengan terbukanya rantai siklis pada kondisi tertentu.
Gambar
2.11 reaksi oksidasi menthol
4. Reaksi
reduksi
Carvone
merupakan sebuah monoterpenoid siklik dengan 3 ikatan rangkap yang mungkin
dapat direduksi, hasil tergantung dari pereaksi dan kondisi yang digunakan.
Berikut ini skema reaksi reduksi pada carvone:
Gambar
2.12 reaksi reduksi carvone
5.
Reaksi Substitusi
Salah
satu reaksi ini adalah halogenasi pada camphor, dimana gugus karbonil pada
camphor akan mengarahkan gugus Br untuk mensubstitusikan salah satu hidrogen α
sehingga hidrogen akan terikat pada atom no C no 2. Apabila senyawa bromo ini
direaksikan dengan asam sulfat maka sisa satu hidrogen α akan disubstitusi oleh
gugus –SO3H
Gambar
2.13 reaksi substitusi pada camphor
D. Biosintesis
Terpenoid
Biosintesis terpenoid pada tumbuhan
mengikuti jalur asam asetat mevalonat.
Asam asetat diaktifkan dengan koenzin A
membentuk asetilCoA dan melakukan reaksi kondensasi dengan asetilCoA yang lain
sehingga terbentuk asetoasetilCoA. AsetoasteilCoA yang terbentuk juga
berkondensasi dengan unit asetilCoA yang lain, sehingga terbentuk tiga unit
gabungan asetilCoA yang selanjutnya diprotonasi membentuk asam mevalonat.
Adanya pirofosfat pada asam mevalonat
dapat terjadi pelepasan komponen CO2 (dekarboksilasi) dan
pelepasan OPP membentuk isopentenil pirofosfat (IPP) dengan isomernya
dimetilalil pirofosfat (DMAPP) (Sjamsul, 1986:7; Dewick, 2009:40&188).
Berikut ini gambar reaksi biosintesis terpenoid.
Gambar 2.14 garis besar pembentukan IPP dan
DMAPP
Selanjutnya
antara IPP dan DMAPP terjadi reaksi adisi membentuk geranil pirofosfat (C10).
Geranil pirofosat juga mengalami reaksi adisi dengan satu unit IPP membentuk farnesil
pirofosfat (C15). Farenil pirofosfat juga mengalami reaksi adisi dengan satu
unit IPP membentuk geranil-geranil pirofosfat (Sjamsul, 1986:8; Dewick,
2009:188).
Gambar 2.14 garis besar biosintesis
terpenoid dari IPP dan DMAPP
E. Isolasi
Dari Suatu Spesies
1. Isolasi
pada terpenoid pada dasarnya terdiri dari 2 step:
Terdapat 4 metode pada ekstraksi
minyak atsiri (essential oil), antara lain:
· Metode
ekspresi (expression method)
Cara ekstraksi minyak atau lemak
yang berasal dari biji-bijian atau suatu bahan alam yang memiliki kandungan
minyak atau lemak dalam jumlah besar (Markopala, 2010).
· Metode
distilasi uap (Steam distillation method)
· Ekstraksi
dengan pelarut volatil.
· Adsorpsi
pada lemak murni ( Adsorption in purified fats)
Metode
yang paling sering digunakan adalah metode distilasi uap. Pada metode ini
material tanaman didistilasi dengan uap panas untuk memperoleh minyak atsiri
dalam bentuk distilat, yang selanjutnya diekstraksi dengan pelarut organik
volatil murni. Jika senyawa yang diisolasi kemungkinan mudah terdekomposisi
selama proses distilasi, maka dapat diekstraksi dengan eter pada suhu 50⁰C.
2. Pemisahan
senyawa terpenoid dari minyak atsiri
Sejumlah
terpenoid yang terdapat pada minyak atsiri diperoleh dengan ekstraksi
menggunakan pelarut organik (solvent extraction). Metode fisik dan kimia
tertentu dapat digunakan untuk memisahkan terpenoid dari minyak atsiri.
Sekarang ini kebanyakan isolasi dan pemisahan terpenoid menggunakan berbagai
teknik kromatograpi.
Misalnya,
isolasi senyawa terpenoid yang aktif antibakteri pada Herba Meniran (Phyllanthus niruri Linn) (Gunawan dan Sutrisnayanti, 2008:31-39). Dalam penelitian
Gunawan dan Sutrisnayanti, Isolasi senyawa terpenoid aktif pada Herba Meniran (Phyllantus niruri Linn) dilakukan dengan teknik ekstraksi yaitu:
1) Maserasi
(ekstraksi dingin) dengan pelarut alkohol
Seberat 1000 g serbuk kering herba
meniran dimaserasi menggunakan pelarut metanol. Ekstrak metanol dipekatkan lalu
dihidrolisis dalam 100 mL HCl 4 M.
Hasil hidrolisis diekstraksi dengan
5x50 mL n-heksana. Ekstrak n-heksana dipekatkan lalu disabunkan dalam 10 mL KOH
10%, kemudian dikentalkan.
2) Sokletasi
dengan pelarut n-heksana
Seberat 1000 g serbuk kering herba
meniran disokletasi dengan 5 L pelarut n-heksana. Ekstrak n-heksana dipekatkan
lalu disabunkan dalam 50 mL KOH 10%. Dan terkahir ekstrak dikentalkan
Untuk
mengetahui adanya kandungan senyawa terpenoid aktif, hasil ekstrak diuji
fitokimia dan aktivitas antibakteri (dalam kasus ini Eschericia coli dan Staphyloccocus
aureus) menggunakan pereaksi Lieberman-Buchard.
Hasil maserasi dan sokletasi menunjukkan bahwa kedua ekstrak tersebut positif
mengandung senyawa terpenoid. Hasil uji aktivitas tersebut menunjukkan hasil bahwa
akivitas antibakteri pada ektstrak dengan metode sokletasi lebih tinggi
dibandingkan maserasi.
Selanjutnya,
Ekstrak n-heksana hasil sokletasi dimurnikan dengan menggunakan kromatografi
kolom dan didentifikasi dengan kromatografi gas-spektroskopi massa. Berdasarkan
data Kromatografi gas- spektoskopi massa meunjukkan kemungkinan hasil sokletasi
mengandung duah buah senyawa yaitu phytadiene [M+] 278 dan 1,2-seco-cladiellan m/z 335 [M+-H].
F. Manfaat
Terpenoid
Pemanfaatan
berbagai senyawa terpenoid sangat luas, secara umum dapat dikategorikan dalam
beberapa bagian, seperti:
1. Berperan
penting bagi spesies penghasil terpenoid itu sendiri, misalnya
Gibberelin
pada tanaman berfungsi :
a. Merangsang
pertumbuhan batang
b. Menginduksi
pemecahan mitosis dalam daun beberapa tumbuhan
c. Mempercepat
perkecambahan biji atau benih
d. Merangsang
benih yang dorman untuk berkecambah
Secara
gari besar ada tiga fungsi utama metabolit sekunder (termasuk terpenoid) yang
diproduksi tumbuhan
a. Melindungi
tumbuhan dari serangan herbivora dan infeksi mikroba
b. Penarik
serangga atau hewan penyerbuk dan
penebar biji
c. Agen
alelopati yang berperan dalam kompetisi antar spesies tumbuhan
2. Industri
a. Karena
hampir semua terpenoid harum dan memiliki bau yang khas dan menyenangkan, maka
banyak digunakan dalam parfum, kosmetik, pewangi, misalnya bisabolol/levomenol.
b. Menthol
dijadikan sebagai aditif pada berbagai makanan dan minuman, odol, obat kumur,
dll.
c. Sebagai
pestisida alami misalnya pada farnesol
d. Kembang
api (Camphor), obat nyamuk (geraniol).
3. Kesehatan
(Pharmakologi)
a. Berbagai
terpenoid dapat digunakan sebagai obat, misalnya menthol sebagai anastesi
lokal, topikal analgesik (mengurangi rasa sakit, kram, dan sakit kepala),
mengobati iritasi pada tenggorokan, obat pilek, obat luka bakar.
b. Sebagai
antiseptik karena bersifat aktif terhadap bakteri dan jamur.
c. Mengurangi
“gastrointestinal spasm” dan efektif terhadap insomia
d. Anti
Inflammatory
BAB III
KESIMPULAN DAN
SARAN
1. Kesimpulan
a. Terpenoid
merupakan senyawa metabolit sekunder yang tersusun atas 2 atau lebih unit C5 (isoprena)
b. Secara
umum sifat terpenoid tidak berwarna, cairan harum, massa jenisnya lebih ringan
daripada air, mudah menguap (volatil). Semua
terpenoid larut dalam pelarut organik dan biasanya tidak larut dalam air.
Hampir semua terpenoid adalah optik aktif. Tata nama terpenoid dapat berupa
sistem IUPAC dan CAS serta nama trivial sedangkan penggolongannya didasarkan
pada jumlah unit C5 dan jenis rantai.
c. Senyawa
terpenoid dapat mengalami berbagai reaksi seperti oksidasi, reduksi, dehidrasi,
adisi, dan substitusi.
d. Biosintesis
terpenoid melalui jalur asam mevalonat dengan menghasilkan IPP dan DMAPP
debagai dasar pembentuk terpenoid.
e. Isolasi
senyawa terpenoid dari suatu spesies melaui dua tahap: isolasi minyak atsiri
dari suatu spesies dan pemisahan terpenoid dari minyak atsiri.
f. Senyawa
terpenoid dimanfaatkan secara meluas dalam berbagai bidang seperti industri,
kesehatan, serta berperan bagi spesies penghasil terpenoid itu sendiri dalam
kehidupannya.
B. Saran
Semoga
makalah selanjutnya lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.
20082008307141003.pdf. K pada ajian Teori. Diaskes pada 9 Maret 2016 pada http://eprints.uny.ac.id/9329/3/bab%202%20-%
Connolly,
J.D dan Hill, R.A. 1991. Dictionary of Terpenoids. London: Chapman &Hill.
Fadillah,
Ahmad Dedi. 2015. Sokletasi. Diakses pada 16 Maret 2016 pada http://fadillahahmaddediblogspot.com.
Gunnawan
dan Sutrisnayanti, 2008. Jurnal Kimia : Isolasi dan Identifikasi Senyawa
Terpenoid yang Aktif Antibakteri pada Herba Meniran (Phyllanthus niruri Linn). Bukit
Jimbaran : FMIPA Universitas Udayana.
Sell,
Charles S. 2003. The Fragrant Introduction of Terpenoid Chemistry. Cambridge:
The Royal Society of Chemistry.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar